Www.DannyPunyaCerita.blogspot.com

Selamat datang di blog saya!
Blog yang berisi tentang catatan catatan (yang mungkin nggak penting buat sebagian orang^^"), tentang mimpi, harapan, cita, cinta, dan semua yang mungkin dialami umat manusia, melalui kacamata seorang beruang yang bodoh ini..
Kritik yang membangun (dan masukan di rekening saya, jika memungkinkan), saya harapkan disini.
Jangan lupa leave comment, follow my blog atau bahkan promosiin blog saya! Hehehe! ^^v
Eniwei, makasiiih, buat kamu kamu, anda anda sekalian yang udah masuk dan baca baca blog nii,..
Tabee '... ^^v

Senin, 27 Juli 2009

"SAM SANG ABADI" CH.01 Dweller in the dark bg.03

Aku memutuskan untuk memasuki lorong tersebut.
Pelan pelan aku mulai membuka gerbang lorong itu. Ugh.Baru sebentar saja, bau yang amat menyengat menyerangku. Aku harus menghindar dan mengambil nafas sejenak, sebelum aku kembali melongok, mencoba meneliti lorong tersebut.

Gelap total

Aku mencoba lagi untuk membiasakan diri dengan kegelapan disitu. Terbersit perasaan untuk mengurungkan niat memasuki lorong itu, namun aku kemudian kembali mengurungkan niat tersebut. Aku merasa aku akan menemukan sesuatu, bila aku mencoba menyusuri lorong ini. Maka, aku kemudian mulai melangkahkan kakiku ke dalam.

Hanya bunyi kecipak air, serta suara angin yang menerpa pelan namun pasti ke tubuhku, yang dapat kudengar di dalam lorong. Sesekali, suara decit tikus, membahana di sekitarku, seakan2 mereka telah mengepungku dari segala arah. Aku cukup terbantu dengan beberapa sinar lemah yang menembus dari atas, yang membuaku semakin dapat melihat dengan jelas di dalam kegelapan. Terlalu jelas, malahan.
Namun, aku tidak memperdulikan hal tersebut.
Aku terus berjalan. Rasa pusingku di kepala, berangsur angsur mulai menghilang. Kurasa, aku mulai dapat berfikir dengan jernih..
Menyusuri lorong itu, serasa tak memiliki ujung. Seperti akan selamanya aku berada disini. Ditambah lagi, suasana yang sunyi dan senyap, mau tak mau membuat aku merinding juga. Namun aku tahu, aku tak bisa berhenti. maka aku terus saja berjalan.
Suasana sepi dan senyap itu, tiba2 terpecahkan dengan suara yang lamat lamat kudengar. Aku berhenti, dan mencoba mendengar lebih jelas lagi..

Cap cap..

Belum,..belum jelas apa yang kudengar. .Aku lalu melangkah lagi, untuk mencoba mendengar lebih jelas..

Cap cap...

Hm?...aku belum yakin apa yang kudengar..

Cap..cap..

Apakah itu,...suara...

Cap cap...cap..cap..

..Ada yang sedang makan?....

Cap..cap...

Aku semakin mendekati asal suara tersebut. Dari kejauhan, sedikit demi sedikit aku dapat meilhat bayangan putih, terdiam dan sedikit bergerak, mengikuti irama suara "cap..cap" tersebut.
Aku semakin dekat dengannya. Setelah kira2 100 meter dari tempatnya berdiri, aku tetap tidak bisa memastikan, apa yang ada di depanku ini.Dia nampaknya mengenakan jubah putih yang nampak sangat kotor, terkena air dan lumpur di sekitarnya. Namun hal itu rupanya bukan hal yang paling menakutkan bagiku.
Saat aku lihat lebih jelas, rupanya bukan hanya noda kotor maupun lumpur yang ada disitu. Sekonyong2 tiba tiba merembeslah darah segar dari situ sewaktu ia membalikkan badannya. Nafasku tercekat saat aku melihat sesosok mayat yang sudah hancur ada dibawahnya, dan nampak wajah pemangsanya sedang menggigit sepotong lengan yang sudah koyak.
Darah menetes deras dari potongan lengan tersebut, sedangkan dari rasa keterkejutanku, aku bisa melihat matanya menyala penuh kebencian, menyeruak dari rambutnya yang kusut masai.
Aku terkesiap. Secara reflek, aku mundur beberapa langkah kebelakang. Menyadari kenyataan bahwa ada sesuatu yang sedang menyantap mayat manusia di depanku membuatku tiba2 mual dan miris..
Aku semakin beringsut kebelakang saat pelan2 dia mulai maju menghampiri. Lama2, terdengar suara desisan dari mulutnya yang masih sibuk mengunyah lengan tersebut. Darah segar semakin menetes dari mulutnya yang mulai menggumam tak jelas, dan tiba2..PLUK! Ia menjatuhkan lengan tersebut dan berhenti menghampiriku.. Aku terdiam pula di tempat, saat suasana tiba2 menjadi hening..Kami berdua terdiam cukup lama, walau sejujurnya aku tak lagi memikirkan tentang seberapa lama kami berdua kini saling memandang..Aku tetap dapat merasakan kebencian menyorot tajam ke arahku, dan dugaanku benar adanya.
Tiba2 dia menjerit! Ya Tuhan,...suara jeritan itu lebih tepat bila kusebut dengan lengkingan. Amat menyakitkan siapapun yang mendengarkannya. Aku menutup kedua tanganku, sedangka mataku terus melihat ke arahnya. Kini, aku dapat dengan jelas melihat wajahnya.
Wajah perempuan putih pucat pasi itu melengking, memamerkan taring2 tajam mengerikan yang berbalur dengan merah darah, terbuka tak wajar dengan bentuk lonjong rahang yang lebih lebar dari rahang manusia biasa. Matanya yang besar, berwarna hitam kelam, seakan merupakan sebuah lubang tanpa ujung disana, membelalak, menatapku hebat.
Aku terkesima, tak dapat bergerak. Tubuhku seakan dipaku ke dasar tanah, sementara keringat dapat kurasakan mengguyur hebat di antara tubuhku yang bergetar ketakutan.
Aku semakin terkejut saat aku dapat melihat seseuatu keluar dari punggungnya.. Sesuatu itu adalah tangannya! Enam tangan yang hitam panjang itu menyeruak keluar dengan lendir2 menjijikkan yang menyertainya. Tangan2 itu seakan menari2 saat pelan2 mereka mulai menghujamkan jari2 yang panjang, dan setajam pedang itu ke dalam langit2 lorong, dan mengangkat tubuh tuannya beberapa senti dari permukaan tanah. Aku tetap tak dapat bergerak melihat apa yang ada di depanku ini.
Makhluk itu pelan namun pasti mengambil sikap untuk menyerangku. YA,..MENYERANGKU! Itu dapat kulihat dari seringai mengerikan yang tampak dari wajah pucat pasi itu. Dan tiba2 ia mulai bergerak!
Bak laba2 ia maju dengan menggunakan ke enam tangan di punggungnya utnuk menghampiriku dengan kecepatan yang luar biasa. Dengan jeritan yang mengerikan, Ia juga mengibaskan kedua tangannya di depan, berusaha untuk meraihku. Aku seketika menjatuhkan diriku ke belakang, tepat saat aku merasakan kibasan tangannya yang setajam pisau itu, tepat melewati wajahku.
Aku lalu bangkit, dan melihat ke belakang. Nampak makhluk itu berhenti, dan menoleh ke belakang. Ia terkesan amat kesal karena ia gagal menyerangku barusan. Ia lalu cepat berbalik, dan kembali melengking. Aku tak mau berdiam lama. Aku langsung melompat, dan berlari secepat yang aku bisa. Aku tak tahu apakah aku cukup cepat untuk bisa melarikan diri dari makhluk ini. Yang aku tahu, aku dapat mendengar suara hujaman kaki2nya di tembok lorong, dan jeritannya yang mengerikan itu, berada semakin dekat denganku. Lalu tiba, aku terjerembab jatuh. Rupanya, ia berhasil menangkapku. Aku langsung memutar badanku, sehingga aku kini berhadapan langsung dengannya.
Makhluk itu kemudian menghujamkan keempat tangannya ke tubuh sampingku..JRREEB!! Aaaggh!! Sakit sekali! Rasanya seperti mau mati, saat kurasakan jari2 panjang itu masuk menghujam, menembus mengulik2 daging di tubuhku.. Tidak berhenti sampai situ, wajahnya mendekat kearahku, membuka rahangnya lebar. Aku langsung menghentikannya. Aku memegang kuat rahang atas dan bawah, agar makhluk itu kesulitan membenamkan taring2 baunya ke kepalaku. .
Bertahan dalam kondisi itu sangat melelahkan. Makhluk itu sangat kuat, dan terus terang saja, aku berfikir untuk mulai menyerah, Menyerah, dan membiarkan gigi2nya yang kotor itu mengunyahku pelan2...Namun tiba2 dengan berfikir seperti itu, membuatku marah. Aku tak bisa menerima kenyataan itu..Aku tidak mau kalah dari makhluk ini!
Maka, dengan satu teriakan, sekaan mendapatkan tenaga entah darimana, aku mendorong balik makhluk itu. Berhasil. Aku langsung menduduki makhluk tersebut. Makhluk itu terus meronta2. Namun, aku tidak peduli. Aku terus menekan. Kami saling berteriak satu sama lain. Aku kemudian sadar bahwa aku kini dalam kondisi, dimana salah satu dari kami selamat dari situasi ini, dan lainnya mati..
Aku ingin makhluk ini mati...
Aneh. Aku merasakan kegairahan yang memuncak saat aku berusaha merobek rahang makhluk ini..Ugh..seharusnya dapat kurekam kembali sensasi saat makhluk tersebut menjerit kesakitan, saat aku membuka rahangnya, merobeknya hingga kedua ujungnya saling rata dengan tanah dibawahnya. Kemudian, aku mulai menggenggam tangan2 disamping tubuhku, dan mencabutnya. Kemudian, dengan satu teriakan panjang, aku mencengkramnya, melumatnya sampai tak berbentuk lagi. Ditengah mulutnya yang kini hancur, aku dapat mendengar ia kembali menjerit kesakitan...Aku menyukainya..
Sisanya, aku meraih kedua tangan di depan tubuhnya, dan kemudian mematahkannya dengan mudah. Setelah menarik putus tangan itu, aku menggunakannya untuk memukuli makhluk tersebut berulang kali dengan sekuat tenagaku. Entah sudah berapa lama aku melakukannya, hingga kulihat makhluk itu sekarat. Aku tidak puas. Tiba2 aku teringat tangan besiku. Aku kemudian mencekik makhluk itu, membawanya ke atas. Lalu dengan satu teriakan penuh kepuasan, aku menghantamkan tanganku tersebut keras2 hingga menembus tubuhnya. Darah segar segera berhamburan, melejit ke segala arah...Aku membiarkan semuanya, tubuh makhluk itu menggantung di tanganku diam tak bergerak, untuk merasakan sensasinya..aku tersenyum puas...
Namun tak lama, aku segera mengenyahkan tubuh itu..Aku terduduk. Tubuhku terasa sakit, terutama oleh luka2 disamping tubuhku ini. Aku bernafas, tanpa ingin melihat keadaan makhluk di depanku ini..Saat itulah tiba2 ku rasakan kehadiran makhluk lain dibelakangku.
Aku menoleh..
Aku melihat banyak sinar senter bersliweran disana..Lalu tiba2 aku mendengar seseorang berkata, "Hei...kamu tidak apa2? Wow,..kamu luar biasa tadi! Ah,..kau terluka? Mari, sini kami bantu!"
Aku dapat melihat seseorang dari mereka mengulurkan tangannya ke arahku.
Aku tak dapat melihat dengan jelas siapa mereka. Aku sudah terlalu capai ..nafasku memburu saat mereka semakin mendekatiku...

Selasa, 21 Juli 2009

"SAM SANG ABADI" Ch.01 Dweller in the dark bg.02

Aku memutuskan untuk berjalan ke arah cermin.

Terseok seok aku mencoba berjalan di tengah kegelapan. Beberapa kali, aku tersandung benda benda di tengah jalanku, karena selain pandanganku tak bisa begitu menangkap apa yang ada di depanku, selain itu kepalaku masih saja terasa seperti berputar putar tak karuan sedari tadi. Untunglah,. Sedikit cahaya di sana sini yang berasal dari berbagai sudut ruang, cukup membantuku agar aku tidak terlalu banyak tersandung dan terjatuh..
Aku terus berjalan, tak memperdulikan begitu banyaknya bunyi logam yang berdentangan sedari tadi. Aku ingin mengetahui segalanya tentang diriku. Dengan susah payah, akhirnya aku berhasil mencapai cermin…
Dan aku terkejut setengah mati,..
Yang kemudian tampak di cermin itu adalah gumpalan lusuh kain berwarna coklat yang pada awalnya kukira sesosok hantu sedang terbang melintas saat aku berdiri di depan cermin tersebut. Setelah sedikit “terkaget2”, aku mencoba sedikit menertawai diriku tadi..
Sedikit menarik nafas, aku mencoba melihat diriku lebih baik lagi. Pecahan dan retakan di cermin tersebut memang parah, namun lebih dari cukup untuk bisa melihat pantulan diriku seluruhnya. Oke, aku mulai lagi,..
Rupanya, aku memakai coat panjang lusuh berwarna coklat muda. Coat berkerah lebar hingga dada ini terkesan sangat kuno, namun entah bagaimana aku bisa merasa sangat nyaman memakainya. Aku maju selangkah lagi, karena aku tak dapat melihat wajahku disebabkan kurangnya cahaya. Dan kemudian aku melompat;-lebih tepatnya, terjerembab, kebelakang karena terkejut! Balutan perban yang carut marut, mengelilingi kapalaku, sehingga sebagian wajahku tertutup. Sama dengan coat lusuh yang kukenakan, perban itupun nampak seperti dari masa yang sudah lama sekali, bahkan aku dapat melihat beberapa bagian dari perban tersebut, membekas noda darah yang sudah mengering. Ya Tuhan,..aku mencoba kembali mendekat ke arah cermin. Setelah cukup terkumpul keberanian, aku mulai mengamati wajahku.
Wajah berbalut perban yang tidak rapi, sehingga rambutku yang nampaknya cukup panjang itu melintang, menembus perban disana sini, membuat aku terpengarah. Tuhan, apa yang terjadi pada diriku sebenarnya?. Namun satu hal yang cukup membuat ku merasa lebih tidak nyaman lagi adalah, aku masih dapat melihat bola mataku yang bening diantara carut marut perban kotor itu seakan menyala, meskipun kurangnya cahaya disitu. Seakan2, keduanya terbuat dari kaca yang bening dan tajam..

Kemudian, aku mencoba untuk mengamati ke bawah..Aku memakai kemeja putih yang tak kalah lusuhnya. Nampak di beberapa bagian telah robek atau tercacah. Hei. Bahkan ada juga noda darah yang mengering disitu.. Aku mencoba melihat lagi kebawah. Ah, aku rupanya memakai celana dari kain berwarna sama dengan coat yang kupakai. Sama sama lusuh. Dengan sepatu ringan yang kugunakan juga, aku bertanya tanya, sebenarnya jenis pakaian apa yang sedang kugunakan saat ini..Aku kembali mengamati wajahku saat aku merasa aneh dengan tangan kananku. Ada yang janggal. Bila aku sadari lebih lanjut, ternyata ada satu hal yang luput sedari tadi..

Aku tak dapat merasakan tangan kananku sebagimana aku merasakan tangan kiriku.

Padahal, sedari tadi aku menggunakannya. Maka aku menyingkap lengan kanan coatku dan kembali aku dikejutkan fakta lain tentang tubuhku.
Aku melihat sebuah lengan besi disana!!!

Lengan besi merah yang mengkilat kilat, meskipun kurangnya cahaya disitu. Aku terduduk tak percaya.. jantungku berdebar keras hingga aku sendiri dapat mendengar irama setiap detakannya. Wajah yang diperban, baju penuh noda darah,..tangan besi merah yang melekat di lenganku,..terlalu banyak hal yang bisa aku terima saat ini juga. Terlalu banyak pertanyaan butuh untuk dijawab, sementara aku masih belum bisa berdiri tegak di kakiku.

Aku masih terduduk. Nafasku memburu. Aku berfikir. Dalam hati, aku terus menyuruh diriku sendiri untuk berfikir. Otakku bergerak hebat, sementara aku bisa merasakan keringatku deras menetes, merambat diantara perban2 di wajahku..Sementara itu, di depanku terlihat bayangan seorang pria yang nampak ketakutan, meringkuk seperti hantu..Aku tak mempercayainya..,aku tak mempercayainya kalau pria itu adalah aku, sampai aku melihat matanya yang walaupun terkesan takut, namun tetap berkilat-klilat menakutkan..

Ya Tuhan,..ya Tuhan,..apa yang terjadi? Dimana aku? Apa yang terjadi pada diriku? Seiring aku mencoba berfuikir dan mengingat2 sesuatu yang mungkin bisa membantuku menerangkan apa yang sedang terjadi, seiring itu pula kepalaku makin berdenyut hebat.. Berdenyut, menghantam2 kepala dan kemudian turun ke seluruh sel sel tubuhku. Aku tiba tiba mual, kemudian aku muntah. Rupanya, itu cukup membantu, karena setelah itu, aku merasa bisa berfikir sedikit lebih tenang. Aku tidak bisa lama lama berdiam disini.

Aku kemudian melihat ke atas. Nampak sebuah pintu tidur di atas sana. Pintu tersebut nampak rapuh. Mungkin dengan sedikit tenaga untuk mendorong, pintu itu akan terbuka. Nampak beberapa cahaya masuk menembus pintu tersebut.

Aku kembali mencoba mengatur nafas. Aku kemudian merasa, aku dapat menemukan sesuatu di bawah sini, maka, aku mencoba mencari2 sesuatu. Apa saja. Aku mulai meraba2 kotak, meja, atau apa saja. Potongan manekin2 beterbangan kesana kemari. Ternyata, pencarianku tidak sia2. Diantara tumpukan kotak2 tersebut, aku menemukan sebuah pintu. Aku mencoba melongok ke dalamnya,. Gelap total. Namun dari hembusan angin yang masuk, aku dapat mengira2 bahwa pintu itu adalah sebuah lorong. Tampak dari angin kering yang menghantam mukaku saat aku mencoba melihat ke dalam..lorong itu tidak pendek..

Aku memutuskan beristirahat sejenak..Saat duduk, antara ingin dan tak ingin, aku melihat tangan kananku.

Ya Tuhan..

Aku kemudian kembali melihat sepotong tangan berwarna merah solid dengan ukiran urat manusia, berbentuk tangan manusia lengkap dengan sempurna..
Siapa yang telah melakukannya padaku?
Benda apa ini yang kini jadi tangan kananku?
Mengapa aku memakai perban di wajahku? Sakitkah aku?
Dimanakah aku?
…………………….
Sial,…….dari semua pertanyaan, terbit satu pertanyaan yang seharusnya terjawab terlebih dahulu,..

Siapa aku sebenarnya ?

"SAM SANG ABADI" Ch.01 Dweller in the dark bg.02

Aku memutuskan untuk berjalan ke arah cermin.

Terseok seok aku mencoba berjalan di tengah kegelapan. Beberapa kali, aku tersandung benda benda di tengah jalanku, karena selain pandanganku tak bisa begitu menangkap apa yang ada di depanku, selain itu kepalaku masih saja terasa seperti berputar putar tak karuan sedari tadi. Untunglah,. Sedikit cahaya di sana sini yang berasal dari berbagai sudut ruang, cukup membantuku agar aku tidak terlalu banyak tersandung dan terjatuh..

Aku terus berjalan, tak memperdulikan begitu banyaknya bunyi logam yang berdentangan sedari tadi. Aku ingin mengetahui segalanya tentang diriku. Dengan susah payah, akhirnya aku berhasil mencapai cermin…

Dan aku terkejut setengah mati,..

Yang kemudian tampak di cermin itu adalah gumpalan lusuh kain berwarna coklat yang pada awalnya kukira sesosok hantu sedang terbang melintas saat aku berdiri di depan cermin tersebut. Setelah sedikit “terkaget2”, aku mencoba sedikit menertawai diriku tadi..

Sedikit menarik nafas, aku mencoba melihat diriku lebih baik lagi. Pecahan dan retakan di cermin tersebut memang parah, namun lebih dari cukup untuk bisa melihat pantulan diriku seluruhnya. Oke, aku mulai lagi,..

Rupanya, aku memakai coat panjang lusuh berwarna coklat muda. Coat berkerah lebar hingga dada ini terkesan sangat kuno, namun entah bagaimana aku bisa merasa sangat nyaman memakainya. Aku maju selangkah lagi, karena aku tak dapat melihat wajahku disebabkan kurangnya cahaya. Dan kemudian aku melompat;-lebih tepatnya, terjerembab, kebelakang karena terkejut! Balutan perban yang carut marut, mengelilingi kapalaku, sehingga sebagian wajahku tertutup. Sama dengan coat lusuh yang kukenakan, perban itupun nampak seperti dari masa yang sudah lama sekali, bahkan aku dapat melihat beberapa bagian dari perban tersebut, membekas noda darah yang sudah mengering. Ya Tuhan,..aku mencoba kembali mendekat ke arah cermin. Setelah cukup terkumpul keberanian, aku mulai mengamati wajahku.

Wajah berbalut perban yang tidak rapi, sehingga rambutku yang nampaknya cukup panjang itu melintang, menembus perban disana sini, membuat aku terpengarah. Tuhan, apa yang terjadi pada diriku sebenarnya?. Namun satu hal yang cukup membuat ku merasa lebih tidak nyaman lagi adalah, aku masih dapat melihat bola mataku yang bening diantara carut marut perban kotor itu seakan menyala, meskipun kurangnya cahaya disitu. Seakan2, keduanya terbuat dari kaca yang bening dan tajam..

Kemudian, aku mencoba untuk mengamati ke bawah..Aku memakai kemeja putih yang tak kalah lusuhnya. Nampak di beberapa bagian telah robek atau tercacah. Hei. Bahkan ada juga noda darah yang mengering disitu.. Aku mencoba melihat lagi kebawah. Ah, aku rupanya memakai celana dari kain berwarna sama dengan coat yang kupakai. Sama sama lusuh. Dengan sepatu ringan yang kugunakan juga, aku bertanya tanya, sebenarnya jenis pakaian apa yang sedang kugunakan saat ini..Aku kembali mengamati wajahku saat aku merasa aneh dengan tangan kananku. Ada yang janggal. Bila aku sadari lebih lanjut, ternyata ada satu hal yang luput sedari tadi..

Aku tak dapat merasakan tangan kananku sebagimana aku merasakan tangan kiriku.

Padahal, sedari tadi aku menggunakannya. Maka aku menyingkap lengan kanan coatku dan kembali aku dikejutkan fakta lain tentang tubuhku.

Aku melihat sebuah lengan besi disana!!!

Lengan besi merah yang mengkilat kilat, meskipun kurangnya cahaya disitu. Aku terduduk tak percaya.. jantungku berdebar keras hingga aku sendiri dapat mendengar irama setiap detakannya. Wajah yang diperban, baju penuh noda darah,..tangan besi merah yang melekat di lenganku,..terlalu banyak hal yang bisa aku terima saat ini juga. Terlalu banyak pertanyaan butuh untuk dijawab, sementara aku masih belum bisa berdiri tegak di kakiku.

Aku masih terduduk. Nafasku memburu. Aku berfikir. Dalam hati, aku terus menyuruh diriku sendiri untuk berfikir. Otakku bergerak hebat, sementara aku bisa merasakan keringatku deras menetes, merambat diantara perban2 di wajahku..Sementara itu, di depanku terlihat bayangan seorang pria yang nampak ketakutan, meringkuk seperti hantu..Aku tak mempercayainya..,aku tak mempercayainya kalau pria itu adalah aku, sampai aku melihat matanya yang walaupun terkesan takut, namun tetap berkilat-klilat menakutkan..

Ya Tuhan,..ya tuhan,..apa yang terjadi? Dimana aku? Apa yang terjadi pada diriku? Seiring aku mencoba berfuikir dan mengingat2 sesuatu yang mungkin bisa membantuku menerangkan apa yang sedang terjadi, seiring itu pula kepalaku makin berdenyut hebat.. Berdenyut, menghantam2 kepala dan kemudian turun ke seluruh sel sel tubuhku. Aku tiba tiba mual, kemudian aku muntah. Rupanya, itu cukup membantu, karena setelah itu, aku merasa bisa berfikir sedikit lebih tenang. Aku tidak bisa lama lama disini.

Aku kemudian melihat ke atas. Nampak sebuah pintu tidur di atas sana. Pintu tersebut nampak rapuh. Mungkin dengan sedikit tenaga untuk mendorong, pintu itu akan terbuka. Nampak beberapa cahaya masuk menembus pintu tersebut.

Aku kembali mencoba mengatur nafas. Aku kemudian merasa, aku dapat menemukan sesuatu di bawah sini, maka, aku mencoba mencari2 sesuatu. Apa saja. Aku mulai meraba2 kotak, meja, atau apa saja. Potongan manekin2 beterbangan kesana kemari. Ternyata, pencarianku tidak sia2. Diantara tumpukan kotak2 tersebut, aku menemukan sebuah pintu. Aku mencoba melongok ke dalamnya,. Gelap total. Namun dari hembusan angin yang masuk, aku dapat mengira2 bahwa pintu itu adalah sebuah lorong. Tampak dari angin kering yang menghantam mukaku saat aku mencoba melihat ke dalam..lorong itu tidak pendek..

Aku memutuskan beristirahat sejenak..Saat duduk, antara ingin dan tak ingin, aku melihat tangan kananku.

Ya Tuhan..

Aku kemudian kembali melihat sepotong tangan berwarna merah solid dengan ukiran urat manusia, berbentuk tangan manusia lengkap dengan sempurna..

Siapa yang telah melakukannya padaku?

Benda apa ini yang kini jadi tangan kananku?

Mengapa aku memakai perban di wajahku? Sakitkah aku?

Dimanakah aku?

…………………….

Sial,…….dari semua pertanyaan, terbit satu pertanyaan yang seharusnya terjawab terlebih dahulu,..


Siapa aku sebenarnya ?


Minggu, 19 Juli 2009

"SAM SANG ABADI"

"SAM SANG ABADI " Chapter 01; A Dweller in the dark Bag 01


Sunyi,...
Senyap,...
Lalu tiba2 semua jadi berubah...
Perlahan,aku mulai mendengar suara suara senyap, namun sangat mengganggu karena berulang-ulang. Suara tetesan air yang suara tiap tetesannya serasa bom atom yang jatuh menghantam bumi, dan mengakibatkan suara dan kehancuran yang besar. Dan semakin aku mencoba mendengarkan suara suara lainnya di sekitarnya, semakin aku merasakan sakit di kepalaku..UUhh,...serasa baru saja di hantam palu godam tepat di atas ubun ubun...
Pelan pelan, aku mulai mencoba untuk berdiri,..bangkit,..atau apalah...Aku mulai mencoba merasakan tubuhku..dan ternyata keadaannya tidak lebih parah dari sakit kepalaku tadi..
Uuuhh...
Namun aku memaksakan diri. Kucoba mengangkat tubuhku dengan kedua tanganku. Terdengar bunyi logam keras berdentang, dan tubuhku kembali terjatuh. Aku berteriak kesakitan..Diantara sakit kepalaku dan remuk rasanya tubuhku, aku mencoba berfikir apa yang sedang terjadi..namun semakin lama aku melakukannya, keadaanku tidak lagi membaik, jadi aku coba lagi untuk berdiri..
Pelan2, bertumpu pada lututku, aku mencoba bertumpu. Dengan satu tarikan nafas panjang, akhrinya aku berhasil berditi. Namun, rupanya tubuhku belum kuat, maka ketika tubuhku limbung, cepat2 aku bersandar pada tembok disebelahku..
Nafasku menderu deru. Sumpah..aku merasa sedang memanggul sebuah gunung di atas tubuhku, sekarang. Sangat berat..
Saat aku mengatur nafasku, aku mencoba untuk lebih rinci lagi melihat keadaan di sekelilingku.. lamat lamat, dari kegelapan yang mulai aku akrabi, aku mulai menemukan diriku yang sedang berada di sebuah ruangan kecil, amat gelap, nampak banyak barang barang seperti peti peti besar, tergeletak tak beraturan. Suara air yang kudengar tadi, ternyata berasal dari pipa air yang bocor. Pipa itu melintang seperti tak beraturan, bersliweran di atas kepalaku. Aku juga melihat beberapa potong manekin yang nampak sudah rusak, bererakan disana sini. Ada yang tanpa tangan, kepala, kaki, atau hanya berupa potongan2 tubuh manekin yang berserakan. Nampak juga sebuah kaca besar yang telah pecah di beberapa bagian. Sebuah tangga kecil, melintang menuju keatas, tak jauh dari tempatku sekarang.Aku kemudian menyadari, nampaknya aku sedang berada di sebuah gudang saat ini.
mencoba menyadari tempat sekelilingku, aku kemudian mencoba menganalisa diriku sendiri...Aku kemudian berfikir untuk mencoba berjalan ke arah cermin besar pecah tadi, atau tetap berdiri disini kemudian pelan2 menganalisa diriku sendiri,...

Apa yang sebaiknya aku lakukan?