Www.DannyPunyaCerita.blogspot.com

Selamat datang di blog saya!
Blog yang berisi tentang catatan catatan (yang mungkin nggak penting buat sebagian orang^^"), tentang mimpi, harapan, cita, cinta, dan semua yang mungkin dialami umat manusia, melalui kacamata seorang beruang yang bodoh ini..
Kritik yang membangun (dan masukan di rekening saya, jika memungkinkan), saya harapkan disini.
Jangan lupa leave comment, follow my blog atau bahkan promosiin blog saya! Hehehe! ^^v
Eniwei, makasiiih, buat kamu kamu, anda anda sekalian yang udah masuk dan baca baca blog nii,..
Tabee '... ^^v

Kamis, 06 Agustus 2009

"SAM SANG ABADI" chapter.02 "OGRE" Bag.01

Aku merasa mereka bukan ancaman bagiku, jadi aku membiarkan mereka mendekatiku.
Aku melihat ada empat buah sinar disana. Berarti kini ada empat orang yang mendekatiku.
“Hei, Kamu tidak apa apa?”
Salah seorang kini ada tepat disebelahku. Aku dapat melihat, ternyata mereka menyandang sebuah senjata panggul, dimana senter senter itu terpasang di ujungnya. Pakaian mereka yang tampak seperti seragam tentara, membaur dengan keadaan sekitar karena warnanya hitam. Nampak banyak tali dan tas berukuran kecil di beberapa bagian tubuh. Sementara, mereka mengenakan masker dan topi yang menutupi seluruh kepala mereka, sehingga wajah mereka tak terlihat sama sekali.
“Hei, kamu tidak apa apa?”
Orang yang ada di dekatku berhenti dan kembali bertanya, sembari terus mengarahkan senjatanya kepadaku. Aku mengangkat tanganku, menutupi sinar yang tepat menuju wajahku.
”Ya, aku tidak apa apa” aku menjawab keraguan mereka.
Setelah aku menjawab pertanyaan itu, mereka kembali menghampiriku. Tiga orang mendekati mayat monster yang tadi aku bunuh, sementara salah satunya menurunkan sinar senternya dari wajahku, dan berjongkok di dekatku.
“Wow, bung. Aku nggak bisa ngomong apa apa lagi, maksudku,..bagaimana…bagaimana kamu bisa membunuh ogre macam dia, padahal kamu nggak bawa senjata sama sekali..””
Ogre? Apa maksudnya? Orang itu mengeleng gelengkan kepalanya, seakan aku adalah orang istimewa yang baru saja ditemuinya.
“Salah. Ini bukan dibunuh,…lebih tepatnya, dibantai” timpal salah seorang dari mereka yang tengah memeriksa monster itu.
Aku menyamankan posisiku. “Aku hanya membela diri. Dia mengejarku saat aku melihatnya disini..Itu saja..” Orang di dekatku kembali menggeleng tak percaya. “Tapi tetap saja, bung. Kamu luar biasa. Pasti kamu ketakutan banget, yah..sewaktu berkelahi sama ogre ini..”
“ Ogre? Apa maksudmu? “ aku bertanya, terusik dengan sebutan ogre..
“Iya, ogre..monster bangsat pemakan manusia itu” Geram salah satu dari mereka. “Mereka mengambil wajah korbannya untuk menyamar. Mereka bisa kapanpun berganti wajah dan penampilan. Selain mengambil wajah korbannya, mereka juga memakan habis tubuhnya..Terkutuklah mereka ”
Orang di dekatku menepuk punggungku. “ Kamu mungkin masih bingung sama kejadian ini. Ayo, ikut kami ke atas.” Ia lalu berdiri. “Bawa ogre itu. Hati hati. Itu bahan penting..Terus,..bawa juga Reza ke atas…Kita makamkan dia dengan layak..”
Aku tidak tahu maksud dari perkataan mereka tentang bahan penting, namun aku tertarik dengan informasi mereka tentang mayat satunya..Teman mereka.
Reza…jadi itu nama teman mereka yang tewas oleh monster itu. Sementara mereka mengeluarkan kain putih untuk mengangkut monster itu dengan hati hati, orang yang sedari tadi berada di dekatku mengulurkan tangannya padaku, bermaksud membantuku untuk berdiri. Aku menerima uluran tangannya.

“OGREE !!!”
Mereka kemudian berteriak ribut. Mereka langsung meloncat ke belakang, mengarahkan senjatanya kembali kepadaku. Orang didekatku nampak kaget, dan sama sama melompat kebalakang utnuk kemudian mengacungkan senjatanya kepadaku.
Yang terjadi kemudian adalah suasana yang ribut. Mereka saling berteriak, bersiap untuk menembakku dan menyuruhku untuk menyerah. Aku bingung. Apa yang mereka takutkan dariku? Aku pun, tidak bermaksud untuk mencelakakan mereka.
“Ogree! Pantas saja kamu bisa membunuh monster ini dengan mudah!”
“Ogree !! Tiarap di lantai! Tiarap di lantai!!!”
“Jangan bergerak!! Aku tembak kamu!!!”
Mereka terus saja berteriak. Aku kemudian menoleh ke arah orang yang sedari tadi di depanku. Lalu aku menemukan alasan mengapa mereka bersikap seperti ini. Tanganku. Aku mengulurkan tangan besiku kepadanya tadi.
“Siapa kamu??!! Jawab!!!” Teriak orang didekatku itu. Aku sungguh ingin menjawab pertanyaan mereka, namun bagaimana caranya? Aku sendiri tidak tahu, siapa aku sebenarnya.
“..Mohon tenang dulu semuanya..” Aku berusaha membujuk mereka. Keempatnya lalu berkeliling, mengambil posisi yang tepat untuk menembakku.
“Aku juga tidak tahu siapa aku. Yang aku tahu, aku terbangun disini. Aku juga ingin tahu siapa aku, maka aku berjalan melewati lorong ini. Siapa tahu aku bisa menemukan jalan ke atas. Lalu, tiba tiba aku bertemu dengan..monster ini. Dia berusaha membunuhku,..,aku hanya membela diri.. ” “JANGAN BOHONG KAMU, MONSTER!” Potong salah satu dari mereka.
“Aku sama sekali tidak bohong!!” Aku membela diri.
“Terus, kenapa tanganmu itu bisa seperti itu!?? Cuma ogre yang bisa seperti itu!!”
Aku tidak bisa menjawab. Akupun tak tahu, kenapa tanganku bisa seperti ini.
“Cukup!” Ujar orang di dekatku tadi. “Aku juga tidak tahu siapa dia. Tapi, dia mungkin bukan ogre..Ogre tidak bisa berbicara selancar dia”..
Hah?
“Tapi..lengannya itu…apa itu??!! Cuma ogre yang bisa seperti itu” Timpal temannya yang lain.
“Aku juga belum tahu,..tapi akan kita cari tahu…Bung! Kamu ikut kami ke atas!!” Perintahnya dengan sikap yang tetap waspada, mengacungkan senjatanya kepadaku.
Aku juga ingin tahu siapa diriku. Maka, aku memutuskan untuk mengikuti perintah mereka.
“Baiklah. Aku ikut kalian ke atas”
Orang itu mengangguk. “Ris! Ikat tangan dan tutup matanya!” Perintahnya kepada temannya di belakangku.
Aku sempat melihat, orang yang dipanggil Ris itu ragu ragu untuk mendekatiku. Aku mengangguk, memberikan tanda bahwa ia bisa mengikat tanganku dan menutup mataku.. Ris nampak kembali ragu dengan sikapku, namun kemudian, ia maju dengan buru buru, dan langsung mengikat tangan dan kemudian menutup mataku. Aku diam. Namun, aku dapat merasakan ketakutannya di setiap ia mencoba mengikatku. Ya,. Sangat terasa. Bahkan, aku bisa mencium rasa takutnya, berbaur dengan setiap ia menarik dan mengeluarkan nafasnya. Tanpa sadar, aku tersenyum..
“Ayo!! “ Perintah orang itu.
Yang terjadi kemudian adalah kegelapan dengan suara suara arogan orang orang dibelakangku yang terus menerus menyuruh aku untuk terus berjalan. Sesekali, aku berjalan menanjak, mengikuti turunan curam dan menyusuri jalan yang sempit. Sampai kemudian setelah menaiki tangga, aku banyak berlari dengan sembunyi sembunyi. Mereka nampak berkoordinasi satu sama lain, untuk kemudian melanjutkan perjalanan.. Tidak jarang, mereka berbisik dalam menjelaskan situasi lingkungan..
Lama aku dalam kondisi seperti itu Dan setelah aku merasa kembali masuk dan menyusuri ruangan yang hampir sama dengan lorong sebelumnya, aku merasa memasuki sebuah ruangan. Aku dapat mendengar. Lamat lamat banyak orang berbisik bisik. “Duduk!” Tiba tiba aku didorong ke bawah untuk duduk. “Diam disini!”
Aku kemudian ditinggal cukup lama sampai tiba tiba aku medengar beberapa langkah kaki mendekatiku.
Lalu penutup mataku dibuka.
Aku kemudian melihat ke empat orang yang berseragam sama seperti yang ada di lorong sebelumnya ada disitu, tanpa penutup kepala tetap menyandang senjata mereka, bersiap bila aku melakukan hal –hal yang mungkin membahayakan mereka.. Selain mereka berempat, ada tiga orang lagi yang nampak elit dari penampilan mereka, walaupun dengan balutan pakaian yang sederhana. Ketiganya telah lanjut usia, namun begitu, aku dapat merasakan pancaran kharisma dari mereka bertiga.
“Buka bajumu, nak…” Ujar salah satu diantara orangtua itu.
Aku diam.
“BUKA !” Teriak salah seorang berseragam yang ada di belakangnya, sembari mengacungkan senjatanya padaku.
“Cukup!...” Orangtua tadi memberikan tanda agar ia menurunkan senjatanya. “Nak,..aku dengar , kau tidak tahu siapa dirimu sendiri. Bukan begitu?”
Aku merasakan ketenangan dari nada bicaranya.
“Ya” jawabku.
“Kalau begitu, bagaimana bila kau biarkan kami untuk mencoba membantumu. Karena itu, kami butuh kerjasamamu. Kau bersedia?”
Aku terdiam. Aku kemudian berfikir, aku dapat mempercayai mereka. Akupun ingin tahu siapa diriku, melebihi dari semua orang yang ada di ruangan itu.
“Baiklah” jawabku setuju.
Orangtua itu mengangguk. “Kalau begitu,…mulailah dengan membuka bajumu. Kami ingin tahu soal tangan kananmu itu”
Aku mengangguk. Lalu aku mulai membuka bajuku. Seluruhnya. Aku dapat melihat ekspresi ngeri, terkejut atau bahkan takjub saat aku membuka bajuku dari.mereka. Aku sendiri kemudian terkejut melihat badanku sendiri. Badan pucat pasi penuh dengan sayatan luka itu, tersebar tulisan tulisan dan simbol aneh yang tak kumengerti. Aku menoleh ke tanganku kananku. Tangan besiku kini dapat kulihat dengan lebih jelas. Berwarna merah darah dengan alur alur berwarna ungu dan biru tua, membentuk wujud urat manusia. Terukir simbol aneh pula disitu, menambah kesan mistis dan aku harus mengakuinya,…tangan itu membuatku merasakan sendiri perasaan ngeri yang tak dapat aku mengerti.
“Astaga…” aku melihat ketiga orangtua itu begitu serius mengamatiku, dan kemudian sesekali berdiskusi. Aku merasakan atmosfir yang aneh saat itu.
“Astaga..ini tidak mungkin nyata…tidak mungkin…” Mereka terus terus saja berkomentar yang tidak aku mengerti..
Kemudian, orangtua itupun kembali berkata padaku, “…Nak..sekarang, bisakah kau buka balutan di wajahmu itu?” Ia berusaha tersenyum padaku.
Aku mengangguk. Pelan pelan aku mulai membuka balutan di wajahku. Semua orang dapat kulihat dengan jelas, menahan nafas mereka. Mungkin mereka menunggu kejutan selain fakta tentang tubuh anehku ini.
Kain yang sudah kering,bercampur dengan noda darah yang telah kering pula, sesekali begitu perih dan sakit untuk berusaha aku buka. Kalau sudah begitu, aku berhenti sejenak, dan kemudian melanjutkannya. Sampai dibalutan terakhir, aku kini dapat melihat ekspresi mereka yang sebelumnya bercampur aduk itu, kini menjadi satu ekspresi jelas yang sebenarnya tidak aku harapkan.

Mereka ketakutan setengah mati.

“….Ya Tuhaaaaannn… !!!” Jerit mereka.

Ada apa?

Ada apa dengan wajahku?